Surat dari Hati Orang Tua

 


Anakku yang kusayangi,

Suatu hari nanti, engkau akan melihatku tua renta, dengan perubahan dalam diriku yang mungkin akan tampak tidak logis atau aneh bagimu.

Saat itulah, aku berharap engkau akan memberikan sebagian dari waktumu untuk memperhatikanku, dan, lebih dari itu, memberikan sebagian besar kesabaranmu untuk memahamiku.

Ketika tangan ini mulai bergetar, saat makanan seringkali jatuh ke dadaku, ketika aku merasa kesulitan memakai baju sendiri, aku memohon padamu, anakku, untuk menghias sikapmu dengan kesabaran untuk membantuku.

Ingatlah masa-masa ketika aku mengajarmu dengan sabar tentang hal-hal yang tak bisa kulakukan hari ini. Aku melihat wajah mungilmu yang penuh kepolosan ketika aku mengenalkanmu pada dunia, dan sekarang aku membutuhkanmu dalam dunia yang kian sulit ini.

Ketika aku tampak tak sekuat dulu, ketika tubuhku mulai merasa lemah, janganlah menyalahkan aku. Ingatlah ketika aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi ketika masih kecil, meskipun mungkin saat itu nampak sepele. Kini saatnya engkau memberikan perhatian yang sama yang telah kuberikan padamu.

Jangan mentertawakanku jika aku tampak tidak tahu atau tak paham tentang perkembangan zamanmu. Jangan remehkan lambatnya kata-kata, kebingungan, atau kelupaanku.

Jadilah mata dan pikiranku yang membantu menjembatikan ketertinggalanku. Ingatlah, begitu banyak yang aku berikan kepadamu selama bertahun-tahun. Aku telah mendidikmu, membawamu ke sekolah, dan mengajarmu membaca, menulis, dan berhitung, anakku.

Aku telah membangun dasar bagi masa depanmu. Sekarang, saat peran berbalik, aku membutuhkanmu, anakku. Bantu aku untuk mengatasi keterbatasan yang saat ini aku hadapi.

Jangan merasa kesal atau frustrasi jika aku tak selincah dulu dalam berbicara atau merasa kesulitan memahami perkembangan zamanmu. Jadilah tangan dan mataku yang membantuku.

Ingat, aku adalah orang yang mengenalkanmu pada dunia ini, memberikanmu nilai-nilai moral, membantu dalam setiap langkah pertama, dan mencintai dengan tulus.

Jangan lupakan pengorbanan dan kasih sayang yang telah kuberikan padamu. Jangan lupakan hari-hari saat aku mendengarkan ceritamu saat tidur, memberimu nasihat, dan mengajarimu cara berjalan.

Janganlah merasa risih jika aku kesulitan mengingat hal-hal sederhana, atau berbicara lambat. Hal ini adalah ujian bagiku, dan aku akan lebih dari senang jika engkau sabar membantuku.

Jangan lupakan saat-saat indah kita bersama, saat kita tertawa bersama, berbagi cerita. Meskipun waktu terus berjalan, kita akan selalu memiliki kenangan ini.

Aku ingin kau tahu bahwa aku tetap ada di sini, walau fisikalku semakin lemah. Kau adalah sinar terang dalam hidupku, dan aku bersyukur karena memilikimu. Bantulah aku mencapai apa yang aku inginkan.

Di akhir perjalanan ini, saat aku merasa lelah, berikan aku dukungan dan cintamu, anakku. Aku tak pernah menyesali hidup ini, dan aku bersyukur atas setiap momen yang kita habiskan bersama. Aku mencintaimu lebih dari kata-kata yang dapat mengungkapkannya.

Ingatlah pesan ini, anakku, dan bantu aku melewati perjalanan ini dengan cinta, perhatian, dan kesabaranmu. Terima kasih atas segalanya yang telah kau berikan padaku sepanjang hidupku.

 

Dengan cinta,

 

Orang Tuamu

 

 

----------

Sumampir, cahaya siang memeluk dunia, merayakan kehidupan dalam warna.

Ahad, 14 Rabiul Akhir 1445 H/29 Oktober 2023 M

By: Panewu Tunggul Alam

Posting Komentar

0 Komentar