Anakku yang kusayangi,
Suatu hari nanti, engkau akan
melihatku tua renta, dengan perubahan dalam diriku yang mungkin akan tampak
tidak logis atau aneh bagimu.
Saat itulah, aku berharap engkau
akan memberikan sebagian dari waktumu untuk memperhatikanku, dan, lebih dari
itu, memberikan sebagian besar kesabaranmu untuk memahamiku.
Ketika tangan ini mulai bergetar,
saat makanan seringkali jatuh ke dadaku, ketika aku merasa kesulitan memakai
baju sendiri, aku memohon padamu, anakku, untuk menghias sikapmu dengan
kesabaran untuk membantuku.
Ingatlah masa-masa ketika aku
mengajarmu dengan sabar tentang hal-hal yang tak bisa kulakukan hari ini. Aku
melihat wajah mungilmu yang penuh kepolosan ketika aku mengenalkanmu pada
dunia, dan sekarang aku membutuhkanmu dalam dunia yang kian sulit ini.
Ketika aku tampak tak sekuat
dulu, ketika tubuhku mulai merasa lemah, janganlah menyalahkan aku. Ingatlah
ketika aku selalu berusaha menjadikanmu rapi dan wangi ketika masih kecil,
meskipun mungkin saat itu nampak sepele. Kini saatnya engkau memberikan perhatian
yang sama yang telah kuberikan padamu.
Jangan mentertawakanku jika aku
tampak tidak tahu atau tak paham tentang perkembangan zamanmu. Jangan remehkan
lambatnya kata-kata, kebingungan, atau kelupaanku.
Jadilah mata dan pikiranku yang
membantu menjembatikan ketertinggalanku. Ingatlah, begitu banyak yang aku
berikan kepadamu selama bertahun-tahun. Aku telah mendidikmu, membawamu ke
sekolah, dan mengajarmu membaca, menulis, dan berhitung, anakku.
Aku telah membangun dasar bagi
masa depanmu. Sekarang, saat peran berbalik, aku membutuhkanmu, anakku. Bantu
aku untuk mengatasi keterbatasan yang saat ini aku hadapi.
Jangan merasa kesal atau
frustrasi jika aku tak selincah dulu dalam berbicara atau merasa kesulitan
memahami perkembangan zamanmu. Jadilah tangan dan mataku yang membantuku.
Ingat, aku adalah orang yang
mengenalkanmu pada dunia ini, memberikanmu nilai-nilai moral, membantu dalam
setiap langkah pertama, dan mencintai dengan tulus.
Jangan lupakan pengorbanan dan
kasih sayang yang telah kuberikan padamu. Jangan lupakan hari-hari saat aku
mendengarkan ceritamu saat tidur, memberimu nasihat, dan mengajarimu cara
berjalan.
Janganlah merasa risih jika aku
kesulitan mengingat hal-hal sederhana, atau berbicara lambat. Hal ini adalah
ujian bagiku, dan aku akan lebih dari senang jika engkau sabar membantuku.
Jangan lupakan saat-saat indah
kita bersama, saat kita tertawa bersama, berbagi cerita. Meskipun waktu terus
berjalan, kita akan selalu memiliki kenangan ini.
Aku ingin kau tahu bahwa aku
tetap ada di sini, walau fisikalku semakin lemah. Kau adalah sinar terang dalam
hidupku, dan aku bersyukur karena memilikimu. Bantulah aku mencapai apa yang
aku inginkan.
Di akhir perjalanan ini, saat aku
merasa lelah, berikan aku dukungan dan cintamu, anakku. Aku tak pernah
menyesali hidup ini, dan aku bersyukur atas setiap momen yang kita habiskan
bersama. Aku mencintaimu lebih dari kata-kata yang dapat mengungkapkannya.
Ingatlah pesan ini, anakku, dan
bantu aku melewati perjalanan ini dengan cinta, perhatian, dan kesabaranmu.
Terima kasih atas segalanya yang telah kau berikan padaku sepanjang hidupku.
Dengan cinta,
Orang Tuamu
----------
Sumampir, cahaya siang memeluk dunia, merayakan kehidupan
dalam warna.
Ahad, 14 Rabiul Akhir 1445 H/29 Oktober 2023 M
By: Panewu Tunggul Alam
0 Komentar