Bagaimana Cara Beriman kepada Allah?
Seseorang dikatakan beriman kepada Allah, maka
ia harus yakin pada hal-hal berikut:
Pertama, Mempercayai bahwa Allah subhanahu wa ta'ala
adalah satu-satunya pencipta alam semesta ini, yang menguasai, mengatur, dan
mengurus segala sesuatu di dalamnya. Allah adalah pemberi rizki, memiliki
kekuasaan untuk menciptakan dan mematikan, serta mempunyai kuasa untuk
menghidupkan dan memberikan manfaat serta mudarat.
Dia menjalankan segala sesuatu sesuai dengan
kehendak-Nya, memberikan hukuman sesuai kehendak-Nya, mengagungkan siapa pun
yang dikehendaki-Nya, dan merendahkan siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Seluruh kekuasaan langit dan bumi berada di
tangan-Nya; Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui tentang
segala hal.
Allah tidak memerlukan bantuan dari siapa pun,
karena segala urusan adalah milik-Nya. Di tangan-Nya terdapat semua kebaikan
dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang dapat menghalangi-Nya dari
melaksanakan kehendak-Nya.
Semua makhluk, termasuk malaikat, jin, dan
manusia, adalah hamba-hamba Allah. Mereka berada di bawah kekuasaan, ketetapan,
dan kehendak-Nya. Perbuatan Allah tidak terhitung dan tidak terbatas.
Semua kekhususan dan sifat-sifat tersebut hanya
dimiliki oleh Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang berhak
memiliki sifat-sifat tersebut selain-Nya.
Tidak boleh menisbatkan atau menetapkan salah
satu sifat-sifat tersebut kepada siapapun selain Allah.
Kedua, Percaya bahwa hanya Allah subhanahu wa ta'ala
yang memiliki nama-nama yang paling agung dan sifat-sifat yang paling sempurna.
Beberapa di antaranya telah dijelaskan oleh
Allah dalam Al-Qur'an dan hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Dasar keyakinan ini terdiri dari dua unsur
utama:
1. Sesungguhnya Allah memiliki sifat-sifat yang
agung dan nama-nama yang mulia, yang tidak mengandung kekurangan sedikitpun.
Tidak ada makhluk yang menyerupai-Nya dalam
sifat-sifat tersebut atau mencapai kesempurnaan yang sama.
Salah satu nama Allah adalah
"Al-Hayyu" (Yang Maha Hidup), dan dari nama ini, terdapat sifat
“hidup” yang wajib ditegakkan secara sempurna dan pantas bagi-Nya.
Sifat hidup-Nya adalah hidup yang sempurna,
abadi, dan mengandung segala jenis kesempurnaan, seperti pengetahuan dan
kekuasaan. Hidup-Nya tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir.
2. Sungguh, Allah subhanahu wa ta'ala adalah
mutlak suci dari segala sifat kekurangan dan cacat, seperti tidur, lemah, dan
kezaliman, begitu pula Dia maha suci dari menyerupai segala makhluk.
Oleh karena itu, kita diwajibkan untuk menolak
dan menafikan segala sifat yang telah Allah nafikan dari diri-Nya, dan yang
juga dinafikan oleh Rasulullah.
Sebaliknya, kita harus meyakini bahwa Allah
memiliki sifat-sifat kesempurnaan yang bertolak belakang dengan apa yang telah
dinafikan-Nya.
Contohnya adalah ketika kita menolak dan
menafikan sifat mengantuk dari Allah, artinya kita mengakui bahwa Allah
memiliki kesempurnaan sifat keberadaan secara mandiri dan tidak membutuhkan
tidur.
Dengan menolak sifat tidur dari-Nya, kita
mengakui bahwa Allah memiliki sifat kehidupan yang abadi.
Setiap kali kita menafikan suatu sifat dari
Allah, kita sebenarnya menetapkan bagi-Nya sifat kesempurnaan yang bertentangan
dengan sifat yang kita tolak.
Allah adalah Yang Maha Sempurna, dan tidak ada
kekurangan dalam-Nya.
Penting bagi seorang hamba untuk memahami dan
beriman pada nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-Nya, karena ini
adalah cara terbaik untuk mengenal Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah tidak bisa dilihat oleh penglihatan makhluk-Nya
selama di dunia ini, tetapi dengan memahami nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
seorang muslim dapat menyembah Allah yang Maha Esa.
Allah adalah satu-satunya yang layak disembah,
tempat segala sesuatu bergantung kepada-Nya, dan Dia tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Tidak ada yang menyerupai-Nya atau setara dengan-Nya.
Dengan memahami hal ini, seorang muslim dapat
mengarahkan ibadahnya dengan benar dan menghormati-Nya dengan sepenuh hati.
Aspek-aspek apa yang perlu diperhatikan saat menetapkan nama-nama Allah?
1. Mempercayai dan beriman pada seluruh
nama-nama Allah yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadis, tanpa menambah atau
mengurangi satupun dari nama-nama tersebut.
2. Memiliki keyakinan bahwa Allah sendiri yang
telah menetapkan nama-nama-Nya, tanpa ada campur tangan dari makhluk lain dalam
memberi nama kepada-Nya.
Allahlah yang memuji diri-Nya dengan nama-nama
tersebut, dan nama-nama tersebut adalah keabadian-Nya yang tidak pernah baru
diciptakan dan tidak termasuk kategori makhluk.
3. Keyakinan bahwa nama-nama Allah yang agung
mengandung makna yang sangat sempurna, tanpa ada kekurangan sedikitpun
pada-Nya.
Kita diwajibkan untuk beriman pada makna-makna
dari nama-nama tersebut dengan sungguh-sungguh, sebagaimana kita beriman pada
nama-nama itu sendiri.
4. Ditekankan untuk menghormati dan
mengagungkan makna-makna dari nama-nama Allah tersebut, tanpa mengabaikannya
atau menghilangkannya.
5. Memiliki keyakinan terhadap hukum-hukum yang
terkandung dalam setiap nama-nama Allah, serta mengakui bahwa segala perbuatan
dan kesan yang muncul dari nama-nama tersebut adalah sesuai dengan
kehendak-Nya.
Faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan sifat-sifat Allah?
1. Menetapkan sifat-sifat Allah yang terdapat
dalam Al-Qur'an dan sunah secara tepat dan tidak menyalahartikan maknanya atau
penolakan terhadap maknanya.
2. Keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat
yang sempurna dan suci, dan tidak memiliki sifat-sifat yang kurang dan tercela.
3. Tidak menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat
makhluk, karena tidak ada apapun yang menyerupai Allah subhanahu wa ta'ala baik
dalam sifat maupun perbuatan-Nya.
4. Meyakini dan beriman pada segala konsekuensi
yang timbul dari sifat-sifat Allah, baik berupa hukum atau akibat-akibat yang
muncul akibat keyakinan pada sifat-sifat tersebut. Setiap sifat Allah membawa
konsekuensi penghambaan diri kepada-Nya.
Ketiga, Keyakinan hamba pada Allah subhanahu wa
ta'ala bahwa Dia adalah Tuhan yang benar (hak). Dialah satu-satunya yang berhak
menerima seluruh ibadah, baik yang tampak maupun yang batin, tanpa ada sekutu
bagi-Nya. Allah adalah Tuhan yang Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain-Nya.
Adakah faktor yang bertentangan dengan tauhid?
Iya, hal itu dapat dibagi menjadi tiga faktor
berikut:
1. Syirik besar, yang mencabut pokok-pokok
tauhid, dan Allah tidak akan mengampuninya kecuali dengan bertaubat sepenuh
hati.
2. Syirik kecil, yang mencabut kesempurnaan
tauhid, seperti menggunakan sarana atau tindakan yang dapat mengarahkan pada
syirik besar, misalnya bersumpah dengan selain Allah atau berlaku riya'.
3. Syirik tersembunyi, yang terkait dengan niat
dan maksud seseorang, dan dapat masuk dalam kategori syirik besar atau syirik
kecil tergantung pada tingkat pelanggarannya.
--------
Referensi: Arkanul Iman Jamiah
Islamiyah Al-Madinah Al-Munawarah
Sumampir, menjelang Isya, 21 Safar
1445H/6 September 2023
by: Panewu Tunggul Alam
0 Komentar