Tafsir Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 1-4)

 

Di antara topik paling penting yang dibahas:

1. Memperkuat keyakinan tentang keesaan Allah.

2. Mendemonstrasikan bahwa Allah memiliki atribut-atribut kesempurnaan dan bahwa kita harus mengarahkan permohonan dan kebutuhan kita hanya kepada-Nya.

3. Membantah gagasan bahwa Allah adalah seorang bapak atau memiliki anak.

4. Mengklarifikasi bahwa Allah tidak memiliki rakan atau sekutu yang setara dengan-Nya.

 

Makna Global:

Allah membuka surah yang mulia ini dengan mengatakan, “Katakanlah” -hai Muhammad- mengidentifikasi diri-Nya: Bahwa Dia adalah Yang Maha Esa dalam Zat-Nya dan sifat-sifat-Nya, Allah yang sempurna dalam sifat-sifat-Nya yang tidak ada satupun makhluk-Nya yang dapat menyamainya. Dia tidak memiliki anak dan tidak diperanakkan oleh siapapun, dan tidak ada yang setara atau sebanding dengan-Nya. Maha suci Dia yang Maha Tinggi dan Maha Mulia.

 

Tafsir:

 

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa” (1)

Katakanlah, 'Wahai Muhammad!', dengan memperkenalkan Allah Yang Maha Tinggi: Dia adalah Yang Maha Esa dalam Zat-Nya dan sifat-sifat-Nya, maka tidak ada yang menyamai atau sebanding dengan-Nya. (Tafsir Ibnu Jarir: 24/729. Tafsir Ibnu Asyur: 30/615)

 

اللَّهُ الصَّمَدُ

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (2)

Allah Yang Maha Sempurna dalam sifat-Nya, yang kepada-Nya semua makhluk bergantung. (Tafsir ibnu Athiyah: 5/536. Majmuk Fatawa ibnu Taimiyah: 17/214-215)

 

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

“Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan” (3)

Dia tidak melahirkan seorang pun dari kalangan manusia, jin, malaikat, atau selain mereka, dan tidak ada yang melahirkan-Nya; Dialah yang pertama yang tidak ada sesuatu pun sebelum-Nya. (Tafsir Ibnu Jarir: 24/737. Tafsir Ibnu Katsir: 8/529)

 

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (4)

Dan tidak ada yang menyamai atau sebanding dengan Allah; tidak ada yang setara, tidak ada yang menyerupai, dan tidak ada yang serupa. (Tafsir Ibnu Jarir: 24/738-739. Tafsir ibnu Athiyah: 5/537. Tafsir Qurthubi: 20/246)

 

Di antara pelajaran dari surat ini adalah:

Pertama, Dia meniadakan untuk-Nya sendiri asal-usul, cabang, dan rekan-rekan. Ini mencakup semua atribut yang dapat diasosiasikan dengan makhluk, baik manusia, hewan, malaikat, jin, atau bahkan tumbuhan.

Semua makhluk cenderung memiliki sesuatu yang sesuai dengan mereka, entah itu asal-usul, cabang, rekan-rekan, atau yang serupa.

Namun, Allah adalah pengecualian dari aturan ini, karena Dia adalah Yang Maha Esa dan tidak ada yang seperti-Nya. Meskipun malaikat tidak berkembang biak melalui reproduksi seperti manusia dan hewan, mereka memiliki persamaan dan kemiripan. (Majmuk Fatawa ibnu Taimiyah: 2/438)

Kedua, Surah Al-Ikhlas ini mencakup dua jenis penafian dari Allah; yang pertama: keserupaan, dalil atas penafiannya adalah firman Allah: وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia) dengan dalil firman-Nya: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa); karena keesaan-Nya menunjukkan bahwa Dia adalah yang tunggal dalam dzat dan sifat-Nya, tidak ada yang menyamainya dalam hal itu, dan yang kedua: penafian kekurangan dan cacat, dan telah dinafikan darinya kelahiran dari kedua belah pihak. (Majmuk Rasail Ibnu Rajab: 2/544)

 

Di antara kekhususan dan keutamaan surat ini:

Pertama, surah Al-Ikhlas sama dengan sepertiga Al-Qur'an dalam hal pahala yaitu sama dengan pahala sepertiga Al-Qur'an. (Syarh Riyadhus Shalihin, Utsaimin: 4/676)

Kedua, membaca surat Al-Ikhlas ini sangat dianjurkan setelah setiap salat.

Kedua, barangsiapa yang membacanya saat pagi dan sore sebanyak tiga kali, maka akan mencukupinya dari segala sesuatu.

Ketiga, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم biasanya meruqyah dirinya dengan membaca surat ini ketika merasa tidak sehat.

Keempat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم biasanya membacanya ketika hendak tidur.

 

 

-----

Sumampir, malam memamerkan lukisan mimpi di bawah selimutnya yang pekat.

Sabtu, 8 Rabiul Awal 1445 H/23 September 2023 M

Panewu Tunggul Alam

------

 

 

Referensi:

https://dorar.net/tafseer/112/1

 

Posting Komentar

0 Komentar